Rabu, 04 Januari 2017

Paham Dinamisme Islam (Muhammad Iqbal)



Paham Dinamisme Islam
(Muhammad Iqbal)
Muhammad Iqbal merupakan sosok pemikir multi disiplin. Di dalam dirinya berhimpun kualitas kaliber internasional sebagai seorang sastrawan, negarawan, ahli hukum, pendidik, filosof dan mujtahid. Sebagai pemikir Muslim dalam arti yang sesungguhnya, Iqbal telah merintis upaya pemikiran ulang terhadap Islam demi kemajuan kaum muslimin. Islam sebagai way of life yang lengkap mengatur kehidupan manusia, ditantang untuk bisa mengantisipasi dan mengarahkan gerak dan perubahan tersebut agar sesuai dengan kehendak-Nya. Oleh sebab itu, Islam dihadapkan kepada masalah signifikan, yaitu sanggupkah Islam memberi jawaban yang cermat dan akurat dalam mengantisipasi gerak dan perubahan ini?.
Iqbal tidaklah menetapkan suatu pandangan praktis dalam filsafatnya, namun ia berusaha mengubah cara pandang kaum muslimin yang selama ini terjebak dalam cara pandang yang statis dalam memandang dunia. Namun karena kehidupan manusia yang cenderung dinamis malah menjadikan umat Islam menjadi pembebek terhadap Bangsa Barat, dengan menanggalkan baju keislaman mereka. Dari sinilah Iqbal merekonstruksi paradigma kaum muslimin agar mampu hidup dalam dinamika kehidupan yang normal namun tetap dalam koridor sebagai seorang muslim yang mengabdi kepada Tuhannya. Ia berusaha untuk memajukan peradaban Islam secara ekonomi maupun spiritual dengan cara mengikuti gerak perkembangan zaman dan tanpa meninggalkan ciri khas ke-islamannya.
Biografi Muhammad Iqbal
Muhammad Iqbal lahir pada tanggal 9 November 1877 di Sialkot (India Inggris), sekarang Pakistan, Muhammad Iqbal  berasal dari golongan menengah di Punjab. Ia adalah seorang penyair, filsuf dan politisi yang menguasai bahasa Urdu, Arab, dan Persia. Dia adalah inspirator kemerdekaan bangsa India menjadi Pakistan.
Untuk meneruskan studinya ia pergi ke Lahore dan belajar disana sampai ia memperoleh gelar kesarjanaan M.A. Di kota itulah ia berkenalan dengan Thomas Arnold, seorang orientalis yang menurut keterangan mendorong pemuda Iqbal untuk melanjutkan studi di Inggris. Di tahun 1905 ia pergi kenegara ini dan masuk ke universitas Cambridge untuk mempelajari filsafat. Dua tahun kemudian ia pindah ke Munich di Jerman, dan di sanalah ia memperoleh gelar Ph.D. dalam tasawuf. Tesis doctoral yang dikemukakannya berjudul : The Development of Methaphysics in Persia (Perkembangan Metafisika di Persia). Dan pada tahun 1908, ia kembali ke Lahore.
Disamping pekerjaannya sebagai pengacara, ia menjadi dosen filsafat. Bukunya The Reconstruction of Religious Thought in Islam adalah hasil ceramah-ceramah yang diberikannya dibeberapa universitas di India. Kemudian ia memasuki bidang politik dan di tahun 1930 dipilih menjadi presiden liga muslim.  
Didalam perundingan meja bundar di London, ia turut dua kali mengambil bagian. Ia juga menghadiri konferensi Islam yang diadakan di Jarussalem. Di tahun 1933, Ia di undang ke Afghanistan untuk membicarakan pembentukan Universitas Kabul. Dalam usia 62 tahun tepatnya di tahun 1938, ia meninggal.
Karya dan Filsafat Muhammad Iqbal
Tidak mudah memetakan Iqbal sebagai seorang filsuf murni disbanding dengan filsuf lainnya. Hal ini disebabkan ia lebih fokus pada sastra dan politik disbanding kajian filsafat. Tak heran, kalau Iqbal dikenal sebagai penyair politisi dalam kasus kemerdekaan bangsa India dari Inggris. Meskipun demikian, secara khusus Iqbal menulis kajian filsafat dalam bukunya dengan tema “The Philosophical Test of the Revelations of Religious Experience”. Dalam topic ini, tampak teori Iqbal tentang filsafat dalam bentuk teori dinamika. Pemikiran Iqbal ini didasari dari berbagai teori ilmu alam yang telah disampaikan oleh para tokoh dunia sebelumnya, seperti Einstein, Newton, dan sebagainya. Sehingga Iqbal berkesimpulan bahwa dunia (pemikiran) ini adalah dinamis.
Lebih lanjut Iqbal menjelaskan pentingnya arti dinamika dalam hidup. Tujuan akhir setiap manusia adalah hidup, keagungan, kekuatan dan kegairahan. Teori dinamika Iqbal ini diawali dengan kesadaran sendiri bahwa kita ini harus bangkit dari keterpurukan. Konsep sendiri inilah yang menjadi dasar teori dinamika Iqbal.
Iqbal mewariskan banyak karya tulis, berbentuk prosa, puisi, jawaban atas tanggapan orang atau kata pengantar bagi karya orang lain. Kebanyakan karya-karya ini menggunakan bahasa Persia, menurut Nicholson, agar bisa di akses oleh dunia Islam, tidak hanya masyarakat India. Sebab saat itu, bahasa Persi adalah bahasa yang dominan di dunia Islam dan dipakai masyarakat terpelajar. Karya-karyanya antara lain:

a)    The Development of Metaphysic in Persia (desertasi, terbit di London, 1908)
b)   Asra-I Khudi (Lahore, 1916, tentang proses mencapai insane kamil)
c)    Rumuz I-Bukhudi (Lahore, 1918)
d)   Javid Nama (Lahore, 1932)
e)    The Reconstruction of Religius Thought in Islam (London, 1934)
f)    Musafir (Lahore, 1936)
g)   Zarb-I Kalim (Lahore, 1937)
h)   Bal-I Jibril (Lahore, 1938)
i)     Letters and Writings of Iqbal (Karachi, 1967, kumpulan surat dan artikel Iqbal).

Filosofi dan Kerangka Pemikiran Muhammad Iqbal tentang Dinamisme dalAm Islam
Pemikirannya mengenai kemunduran dan kemajuan umat Islam mempunyai pengaruh pada gerakan pembaharuan dalam Islam. Sama dengan pembaharu-pembaharu lain, ia berpendapat bahwa kemunduran umat Islam selama 500 tahun terakhir disebabkan oleh kebekuan dalam pemikiran. Hukum dalam Islam telah sampai pada keadaan statis. Kaum konservatif dalam Islam berpendapat bahwa rasionalisme yang ditimbulkan golongan muktazilah akan membawa pada disintegrasi dan dengan demikian berbahaya bagi kestabilan Islam sebagai kesatuan politik. Untuk memelihara kesatuan itu, kaum konservatif tersebut lari ke syariat sebagai alat yang ampuh untuk membuat umat tunduk dan diam.
Sebab lain terletak pada pengaruh zuhud yang terdapat dalam ajaran tasawuf. Menurut tasawuf yang mementingkan zuhud, perhatian harus dipusatkan pada tuhan dan apa yang berada dibalik alam materi. Hal itu akhirnya membawa kepada keadaan umat yang kurang mementingkan soal kemasyarakatan dalam Islam.
Sebab utama ialah hancurnya Baghdad, sebagai pusat kemajuan pemikiran umat Islam dipertengahan abad ke-13. Untuk mengelakkan disintegrasi yang lebih dalam, kaum konservatif melihat bahwa perlu diusahakan dan dipertahankan keseragaman hidup sosial dari seluruh umat. Untuk itu mereka menolak segala pembaharuan dalam bidang syariat dan berpegang teguh pada hukum-hukum yang telah ditentukan ulama terdahulu. Pintu ijtihad mereka tutup.
Hukum dalam Islam sebenarnya menurut iqbal, tidak bersifat statis, tetapi dapat berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Pintu ijtihad tidak pernah tertutup. Yang pertama berontak terhadap pendapat bahwa keempat madzhab telah membahas segala persoalan secara final dan dengan demikian ijtihad tidak diperlukan lagi, adalah Ibnu Taimiyah yang lahir pada tahun 1263, yaitu lima tahun sesudah jatuhnya Baghdad. Pendapat bahwa pintu ijtihad tidak tertutup di anut kemudian oleh Muhammad Abdul Wahab. Pada zaman modern, ijtihad telah semenjak lama dijalankan di Turki. Diantara semua Negara Islam, berulah umat Islam Turkilah yang melepaskan diri dari belenggu dogmatisme. Dan bangsa Turki pulalah yang mempergunakan hak kebebasan berfikir yang terdapat dalam Islam.
Al-qur’an senantiasa menganjurkan pemakaian akal terhadap ayat atau tanda yang terdapat dalam alam seperti matahari, bulan, pertukaran siang menjadi malam dan sebagainya. Orang yang tidak peduli dan tidak memperhatikan tanda-tanda itu akan tinggal buta terhadap masa yang akan datang. Yang pada akhirnya hanya melahirkan manusia-manusia yang memahami Al-qur’an sebatas hukum dalam syari’ah saja, tanpa menghiraukan kemu’jizatan-kemu’jizatan lain dalm Al-qur’an, seperti i’jazul ilmi.
Konsep Islam mengenai alam adalah senantiasa berkembang. Islam menolak konsep lama yang mengatakan bahwa alam ini bersifat statis. Islam mempertahankan konsep dinamisme dan mengakui adanya gerak dan perubahan dalam hidup sosial manusia. Kemajuan serta kemunduran di buat Tuhan silih berganti diantara bangsa-bangsa yang mendiami bumi ini, menurut Iqbal mengandung arti dinamisme. Dan prinsip yang dipakai dalam soal gerak dan perubahan itu adalah ijtihad. Ijtihad mempunyai kedudukan penting dalam pembaharuan dalam Islam.
Paham dinamisme Islam yang ditonjolkan inilah yang membuat Iqbal mempunyai kedudukan penting dalam pembaharuan di India. Dalam syair-syairnya ia mendorong umat Islam supaya bergerak dan jangan tinggal diam. Intisari hidup adalah bergerak, sedang hukum hidup ialah menciptakan, maka Iqbal berseru kepada umat Islam supaya bangun dan menciptakan dunia baru. Karena tingginya ia menghargai gerak, hingga ia menyebut bahwa kafir yang aktif lebih baik dari muslim yang suka tidur.
Dalam pembaharuannya Iqbal tidak berpendapat bahwa baratlah yang harus dijadikan model. Kapitalisne dan imperialism barat tidak dapat diterimanya. Barat menurut penilaiannya, amat banyak di pengaruhi oleh materialisme dan telah mulai meniggalkan agama. Yang harus diambil umat Islam dari barat hanyalah ilmu pengetahuannya. Ia tidak suka dengan hal yang berbau materialistis, seperti telah disinggung, bahwa Muhammad Iqbal adalah adalh seorang nasionalis India. Tapi, kemudian ia ubah pandangannya. Nasionalisme ia tentang, karena dalam nasionalisme seperti yang ia jumpai di Eropa, ia melihat bibit materialism dan atheisme dan menurutnya, keduanya merupakan ancaman besar bagi peri kemanusiaan.
Kalau kapitalisme ia tolak, sosialisme barat ia terima. Ia bersikap simpatik terhadap gerakan sosialisme ia melihat ada persamaan. Dalam hubungan ini ia pernah mengatakan “karena Bolsyevisme tambah tuhan hampir identik dengan Islam, maka saya tidak terperanjat kalau suatu ketika Islam menelan Rusia atau sebaliknya”. Iqbal tidak begitu saja mau menerima apa yang datang dari barat.
Di dalam riwayat hidupnya telah di singgung bahwa Iqbal menjadi Presiden Liga Muslimin di tahun 1930. Dlam hubungan ini baik di sebut sebelum pergi ke Eropa ia sebenarnya adalah seorang nasionalis India. Dalam Syair-syairnya ia menyongkong kesatuan dan kemerdekaan India, dan menganjurkan persatuan Umat islam dan Hindu di tanah air India.
            Tetapi kemudian ia rubah pandangannya. Nasionalisme ia tentang, karena dalam Nasionalisme seperti yang ia jumpai di Eropa, ia melihat bibit materialisme dan ateisme dan keduanya merupakan ancaman besar bagi perikemanusiaan. Nasionalisme India yang mencakup muslim dan hindu adalah ide yang bagus, tetapi sulit sekali untuk dapat di wujudkan. Ia curiga bahwa di belakang Nasionalisme India terletak konsep Hinduisme dalam bentuk baru.
            Di India terdapat dua umat besar, demikian Iqbal, dan dalam pelaksanaan demokrasi barat di India, Kenyataan ini harus di perhatikan. Tuntutan umat Islam untuk memperoleh pemerintahan sendiri, di dalam atau di luar kerajaan Inggris,  adalah tuntutan yang wajar. India pada hakekatnya tersusun dari dua bangsa, Bangsa Islam dan Bangsa Hindu. Umat Islam India harus menuju pada pembentukan Negara tersendiri, tarpisah dari Negara Hindu di India.
            Tujuan membentuk negara tersendiri ini, ia tegaskan dalam rapat tahunan Liga Muaslimin di tahun 1930. “Saya ingi melihat punjab, daerah perbatasan utara, sindi dan balukhistan, bergabung menjadi satu negara. “ Disinilah Ide dan tujuan membentuk negara tersendiri di umumkan secara resmi dan kemudian  menjadi tujuan perjuangan nasional umat islam india. Tidak mengherankan kalau Iqbal di pandang sebagai Bapak Pakistan. Tugas Jinnah ialah mewujudkan cita-cita negara Pakistanmenjadi kenyataan. Nama “Pakistan” sendiri menurut suatu sumber berasal dari seorang mahasiswa Islam India di London bernama Khaudri Rahmat Ali; huruf P ia ambil dari punjab, A dari Afgan, K dari Khasmir, S dari Sindi dan TAN dari Balukhistan. Menurut sumber lain nama itu berasal dari kata persia “pak” yang berarti suci dan “stan” yang berarti negara.
            Ide Iqbal bahwa umat islam india merupakan suatu bangsa dan oleh karena itu memerlukan satu negara tersendiri tidaklah bertentangan dengan pendirinya tentang persaudaraan dan persatuan umat islam. Ia bukanlah seorang Nasionalis dalam arti yang sempit. Ia sebenarnya adalah seorang pan Islamis. Islam, demikian ia menjelaskan, bukanlah Nasionalisme dan bukan pula Imperialisme, tetapi Liga Bangsa-bangsa. Islam dapat menerima batas-batas yang memisah satu daerah dari yang lain dan dapat menerima perbedaan bangsa hanya untuk memudahkan soal hubungan antara sesama mereka. Batas dan pebedaan bangsa itu tidak boleh mempersempit untuk pandangan sosial umat islam. Bagi Iqbal dunia islam seluruhya merupkan satu keluarga yang terdiri atas Republik-republik, Dan Pakistan yang akan di brntuk adalah salah satu dari Rpublik itu.
            Pengaruh Iqbal dalam pembaharuan India ialah menimbulkan faham dinamisme kalangan umat islam dan menunjukan jalan yang harus mereka tempuh untuk masa depan agar sebagai umat minoritas di anak benua itu mereka dapat hidup bebas dari tekanan-tekanan dari luar.    
Iqbal menulis kajian filsafat dalam bukunya dengan tema “The Philosophical Test of theRevelations of Religious Experience”. Dalam topic ini, tampak teori Iqbal tentang filsafat dalam bentuk teori dinamika. Pemikiran Iqbal ini didasari dari berbagai teori ilmu alam yang telah disampaikan oleh para tokoh dunia sebelumnya, seperti Einstein, Newton, dan sebagainya. Sehingga Iqbal berkesimpulan bahwa dunia (pemikiran) ini adalah dinamis.
Lebih lanjut Iqbal menjelaskan pentingnya arti dinamika dalam hidup. Tujuan akhir setiap manusia adalah hidup, keagungan, kekuatan dan kegairahan. Teori dinamika Iqbal ini diawali dengan kesadaran sendiri bahwa kita ini harus bangkit dari keterpurukan. Konsep sendiri inilah yang menjadi dasar teori dinamika Iqbal.

Tujuan Dinamisme Islam dalam pemikiran Muhammad Iqbal
Sebagaimana yang telah diuraikan, Muhammad Iqbal menegaskan penolakannya kepada setiap pemahaman apa saja yang berkaitan dengan bangsa dan negara sebagai dasar masyarakat Islam. Nasionalisme menurut Muhammad Iqbal, merupakan suatu alat yang bisa digunakan untuk memecah belah dunia muslim yang akan berakibat pada adanya pemisahan sesama manusia, terjadinya perpecahan antar bangsa-bangsa dan adanya pemisahan agama dari politik.
Maka dari itu ia dalam bukunya “Political Thought in Islam”, menegaskan bahwa cita-cita politik Islam adalah terbentuknya suatu bangsa yang lahir dari suatu internalisasi semua ras dan kebangsaan. Terpadunya ikatan batin masyarakat ini, muncul tidak dari kesatuan geografis dan etnis. Akan tetapi dari kesatuan cita-cita politik dan agamanya. Keanggotaan atau kewarganegaraannya didasarkan atas suatu pernyataan kesatuan pendapat yang hanya berakhir apabila kondisi ini tidak berlaku lagi.
Dari uraian-uraian yag ada memberikan satu penjelasan bahwa tujuan Dinamisme Islam Muhammad Iqbal adalah:
1. Perubahan pemahaman terhadap alam atau kenyataan. Yaitu usaha mengembalikan pemahaman    itu kepada 
pemahaman umat Islam terdahulu, bahwa dunia ini lapangan usaha, gerak, dan pengetahuan manusia. Jadi, ia bukanlah suatu yang harus ditakuti atau dianggap buruk
2. Pengungkapan beberapa prinsip-prinsip Islam yang semuanya merupakan faktor-faktor yang mendorong manusia bergerak dan berusaha di alam nyata ini.
3. Mengubah pola pemikiran manusia dari statis kearah yang dinamis. 
4. Mengubah pemikiran umat Islam agar sesuai dengan perkembangan IPTEK dan falsafah modern agar Islam tidak ketinggalan zaman.
5. Mengubah pemikiran agar mau untuk membuka pintu Ijtihad, karena menurutnya pintu ijtihad tidak pernah akan tertutup.
Jadi Iqbal dengan gerakan reformasi pemikiran keagamaan dalam Islam itu, menginginkan kembalinya kejayaan bagi umat Islam. Kejayaan bukan lantaran mengikuti salah satu filsafat barat, tapi karena pemahaman yang benar tentang Islam seperti pemahaman orang-orang muslim pertama.
           Pemahaman yang benar tentang Islam, menurut Iqbal menjadikan alam materi dan alam nyata bukan suatu yang keji tapi sebagai lapangan perjuangan demi personalitas. Dengan alam yang realis itu maka kepribadian menjadi kuat, dengan perjuangan dalam dunia ini ia akan tetap eksis dan abadi. Jadi, keabadian personalitas menurut Iqbal adalah melalui perjuangan, dengan menundukkan segala rintangan bukan lari dari padanya.
Karakter Berfikir Dinamis
Beberapa karakter atau cara berfikir dinamis adalah sebagai berikut:
Karakter berpikir dinamis yang dimaksud, yaitu:
ü  Pola berpikir kompleks, yang meliputi:
o   Berpikir kritis, dan
o   Berpikir kreatif.
ü  Pola berpikir maju dan berkembang
ü  Mempunyai psikodinamika yang kompleks dan mempunyai skop pribadi yang luas.
ü  Harus memiliki pertahanan diri yang lebih besar
ü  Dalam jugment-nya lebih mandiri
ü  Dominan dan lebih besar pertahanan diri (more self-assertive )
ü  Memiliki kepribadian yang luas
ü  Menolak supression sebagai komunisme kontrol

Apresesiasi Terhadap Pemikiran Iqbal
Berdasarkan apa yang diketahui bersama, Islam membutuhkan pemikir-pemikir zaman seperti Iqbal, mengingat bahwa dari waktu ke waktu ilmu pengetahuan selalu mengalami perubahan, dari yang skala kecil hingga besar. Hal ini tentu saja memiliki dampak bagi suatu umat yang hidup di zaman tersebut.
Ditambah umat Islam memiliki tugas untuk mempertahankan Aqidah Rasul, agar jangan sampai tergilas oleh kemajuan zaman. Sehingga disini kami selaku tim penulis, sangat menghargai pemikiran Iqbal, karena sebagaimana yang telah diuraikan bahwa kehidupan selalu bergerak dan mengalami perubahan.
Pemikiran Muhammad Iqbal mengenaiDinamisme Islam yang mengarah pada perubahan pola berfikir  yang stagnan menuju pola berfikir dinamis mengikuti perkembangan zaman sangat urgen untuk dilakukan. penulis mengapresiasi pemikiran Iqbal agar tetap dipertahankan dan dikembangkan untuk menjaga Image umat Islam dimata dunia. Menurut penulis hal ini perlu dilakukan agar umat Islam mampu bangkit dan maraih masa keemasan kembali sehingga terbebas dari berbagai penindasan baik secara pemikiran (ghozwul fikr) maupun fisik (material)
Pemikiran Muhammad Iqbal, Hidup Dinamis. Berdasarkan telaah kritis penulis karakter hidup dinamis yang di sumbangsikan Iqbal dalam pemikiran pebaharuannya dalam Islam memberikan sinyal positf bagi perkembangan dunia Islam kedepan dalam rangka mengimbagi kemajuan Barat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat.
 Jika kita analogikan alur pemikiran Muhamad Iqbal adalah untuk mengarahkan  pada perubahan pola berfikir umat Islam yang stagnan menuju pola berfikir umat Islam yang dinamis, yang mampu memaknaihidupnya; tidak hanya diam di tempat namun bergerak maju untuk sebuah perubahan baru, menuju Islam Modern yang tetap berpedoman pada Al-Qur’an dan Hadits.
            Perlu di garis bawahi Islam Modern yang dimaksud diatas bukan diasumsikan sebagai Islam Sekuler, namun Islam yang mampu hidup di tengah-tengah kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi barat, Islam yang mempunyai integritas pembahruan dan Islam yang maju bahkan jauh melebihi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi barat.







Kelompok 1
Ø  Susmawaty
           (                            )
Ø  Rizza Islamah Pratika An Nasrth
           (14.11.0101.0060)
Kesimpulan
Muhammad Iqbal berasal dari golongan menengah di Punjab dan lahir di Sialkol pada tahun 1876. Untuk meneruskan studi ia pergi ke Lohera dan ia belajar disana sampai memperoleh gelar kesarjanaan M.A. di kota itulah ia berkenalan dengan Thomas Arnold seorang orientalis yang memberikan dorongan untuk melanjutkan stadi di Inggris. Pada tahun 1905 ia pergi ke Inggris untuk melanjutkan studi di Universitas Cambridge untuk mempelajari filsafat.
Menurut M. Iqbal, Islam pada hakekatnya menganjurkan dinamisme. Al-Qur’an senantiasa menganjurkan pemakaian akal di dalam menginterpretasikan ayat ataupun tanda yang ada dalam alam semesta, sebagaimana adanya rotasi bumi, matahari, dan bulan. Orang-orang yang tidak peduli dan tidak memperhatikan tanda-tanda tersebut akan buta terhadap masa yang akan datang. Konsep Islam tentang alam adalah dinamis dan senantiasa berkembang. Islam menolak konsep lama yang menyatakan bahwa alam itu statis, dan mempertahankan konsep dinamisme serta menengahi adanya gerak dan perubahan dalam kehidupan sosial. Prinsip yang dipakai dalam gerak tersebut adalah ijtihad. Ijtihad mempunyai kedudukan penting dalam pembaharuan Islam.
Tujuan dinamisme Islam pemikiran Iqbal adalah agar umat Islam selalu melakukan perubahan dan perbaikan serta tidak bersifat statis, padahal diperintahkan untuk bersifat dinamis.

1 komentar:

  1. What is the best online casino site? - Lucky Club
    Online casino is a place where people are looking luckyclub.live for a place for some fun and excitement. It is a casino that offers many great options to keep

    BalasHapus